Kamis, 27 Desember 2012

usaha kita : Penulis : Nur Mufidha Muliana (092203014)

JEPARA, KOTA UKIR SEPANJANG MASA

 JEPARA. Karya seni memang akan selalu menjadi daya tarik tersendiri bagai seluruh lapisan masyarakat. Terlebih jika karya seni tersebut sangat unik dan sudah menjadi citra suatu daerah. Ya, sebut saja Kota Jepara. Kota yang dijuluki Kota Ukir ini menjadikan kesenian sebagai salah satu penghasilan yang sangat menjanjikan. Wiji (40), warga asli desa Mulyoharjo, jepara, ini misalnya. Ia menumpukan hidupnya dengan cara menjual ukiran khas Jepara dengan patokan harga yang bervariasi.
Meski hampir seluruh jalanan di desa Mulyoharjo ini membuka bisnis ukiran, namun persaingan mereka tidaklah mematikan usaha satu sama lain. Pasar yang ditujupun berbeda-beda. Bahkan pemasaran ukiran jepara ini menembus pasar globlal. “kita bisa ekspor sampai ke eropa”, ujarnya sambil mengukir sebuah patung. Omset merekapun tidak main-main, bisa mencapai puluhan juta per-bulan jika sedang ramai pesanan.
Kayu yang dijadikan bahan baku pun bermacam-macam. Dari kayu Mahoni, Meh atau Trembesi, sampai kayu jati yang diyakini memiliki kualitas terbaik. Meski terkadang harga per-barang tidak murah, namun nilai-nilai kesenian itulah yang menjadikannya sebagai benda istimewa yang patut dihargai dengan nilai rupiah tinggi.
Produk pengrajinpun bervariasi. Dari mulai perabotan rumah tangga seperti meja, kursi, almari, etalase, pajangan dinding sampai patung-patung segala macam hewan. Dari benda-benda kecil seperti asbak, tempat tissue sampai gebyok yang ukurannya mencapai 3 meter lebih. Semua adalah karya seni asli masyarakat Jepara yang telah terkenal kerajinan kayunya sejak abad 18. “Reputasi kami telah mendunia jauh sebelum Indonesia merdeka”, tambah Wiji bangga.
Ya, beberapa daerah lain memang punya seni kerajinan ukiran. Namun Kota Jepara punya khas ukiran dan bahkan menjadi trendsetter bagi pengrajin kayu daerah lain. Semua itu dapat terjaga karena pengrajin di Jepara selalu mempertahankan kepercayaan pelanggan dengan pelayanan memuaskan. Selain sebagai sebuah produk budaya hasil karya masyarakat lokal, ia juga merupakan karya seni yang bernilai estetik tinggi. Tak berlebihan jika Jepara mendapat gelar sebagai The World Carving Center.
Kepiawaian mengukir pada media kayu ini dipercaya didapat dari turun-temurun. Namun seiring kemajuan zaman dan terpaan globalisasi yang mengkhawatirkan, hampir di berbagai tempat di kota jepara membuka kursus ukir terbuka untuk umum. Tujuannya agar pengrajin ukir khas jepara tidak berhenti pada satu generasi saja. Salah satu lembaga non-formal untuk kursus ukir itu adalah Sekolah Ukir yang berlokasi di Pekeng, Tahunan. Selain itu terdapat pula Pusat Pelatihan Keterampilan Ukir Kayu Fedep Jepara (PPKUFJ) yang terletak di Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan.
Baik Sekolah Ukir di Pekeng, maupun PPKUFJ sama-sama menyelenggarakan pendidikan selama setahun. Sembilan bulan teori dan praktik di kelas, dan tiga bulan on the job training atau magang di perusahaan-perusahaan mebel. Pendidikan difokuskan pada keterampilan praktis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar