Tulisan In-Depth MIDDLE TEST
Ada Roma yang Lain…
Kalau
dengar kata “Roma”, yang terpikirkan adalah kota glamour di Negara Italia yang
penuh dengan gemerlap lampu nan megah. Namun jika kita berwisata malam di Kota
Malang, maka kata Roma takkan terasa asing di telinga. Jauh berbeda dengan Roma
ala Italia, Roma di Malang adalah singkatan dari “Rombengan Malam”, yaitu pasar
dadakan ditrotoar depan pertokoan yang sudah tutup di bilangan Gatot Subroto,
Kota Malang.
Pasar merupakan
tempat terjadinya transaksi jual beli, di pasar lah perekonomian
berjalan. Dimana ada pemukiman penduduk,
di situ pasti ada pasar karena manusia tidak bisa lepas dari pasar. Terlepas
dari pasar yang merupakan tempat jual beli, terdapat salah satu pasar yang unik
keberadaannya, pasar ini terdapat di kota Malang tepatnya di jalan Gatot
Subroto.
Entah kenapa orang-orang menamainya Pasar Maling. Tidak jelas siapa yang memberi nama itu, namun warga Malang sepakat menyebutnya Roma atau Pasar Maling. Pasar yang buka sekitar jam delapan sampai jam sepuluh malam ini tidak seperti pasar pada umumnya. Kalau sudah jam delapan malam sepanjang jalan gatot subroto ini sudah berjajar penjual beralaskan tikar didepan bangunan-bangunan toko yang sudah tutup di malam hari. Barang-barang yang dijual di Roma ini banyak mulai dari sepatu, baju, sampai barang-barang elektronik baru maupun bekas.
Entah kenapa orang-orang menamainya Pasar Maling. Tidak jelas siapa yang memberi nama itu, namun warga Malang sepakat menyebutnya Roma atau Pasar Maling. Pasar yang buka sekitar jam delapan sampai jam sepuluh malam ini tidak seperti pasar pada umumnya. Kalau sudah jam delapan malam sepanjang jalan gatot subroto ini sudah berjajar penjual beralaskan tikar didepan bangunan-bangunan toko yang sudah tutup di malam hari. Barang-barang yang dijual di Roma ini banyak mulai dari sepatu, baju, sampai barang-barang elektronik baru maupun bekas.
Awalnya pasti
orang mengira barang yang dijual disini semua barang curian karena namanya. Mungkin bisa dikatakan
benar bisa juga dikatakan salah, seperti
pengakuan
Wawan, 25, salah satu penjual handphone di pasar tersebut.
Barang-barang yang ia
jual didapatkannya dari beberapa kenalan
yang kemudian ia jual kembali. “Yah hape-hape yang saya jual ada
dosbook-nya kok Mbak, masak kalo lengkap ya dibilang barang curian?”
ujarnya. Meski
begitu ada juga barang yang dijual tanpa menyertakan buku
panduan, dan terkesan barang curian,
tetapi semua itu yang tahu hanya pihak-pihak
yang bersangkutan dalam rangka mencari keuntungan.
Salah
satu faktor yang menyebabkan harga jual di Roma lebih murah adalah para
pedagang tidak dikenai pajak oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena Roma
bukanlah pasar resmi, sehingga harga jual merupakan hasil tawar-menawar antara
penjual dan pembeli tanpa dipengaruhi kawajiban pedagang membayar pajak. “Ini kan bukan pasar resmi, Mbak. Jadi nggak ada campur tangan pemerintah, apalagi masalah pajak,” ujar Ridwan,
31, salah satu pedagang sepatu bekas.
Jika
dilihat dari bentuk pasarnya, memang lebih mirip seperti pedagang kaki lima
yang berjualan sepanjang jalan. Tidak ada lapak, hanya karpet berukuran kecil
sebagai alas penjual dan sedikit tempat untuk menggelar barang dagangan.
Sirkulasi Berantai
Tidak
dipungkiri, mesti kebanyakan penjual menyangkal tentang barang dagangan yang
dicurigai barang curian, tetap ada juga barang yang memang didapat dari
pencuri. “tetep ada Mbak, barang yang asli dari maling,
misalnya sepatu bekas,” terang Arif, 28.
Menurutnya,
sirkulasi penjualan barang curian itu terjadi secara berantai. Misalnya dari
pencuri, ke pengadah, kemudian baru dijual ke pedagang Pasar Maling untuk
dijual langsung ke pembeli. Meski sudah menjadi rahasia umum, praktek ini tidak
serta merta dapat dikriminalkan karena tidak ada tindakan yang benar-benar
menunjukkan aksi pencurian.
“saya
pernah dapet BB (BlackBerry, red)
curian, tapi malah saya yang di”maling-maling”-kan
sama yang punya, yo wegah mbak suwe-suwe (ya
malas mbak lama-lama),” ujarnya sambil tertawa.
Harga Tipuan
Jika
ingin membeli barang di roma, harus pintar-pintar menawar, tawar
harga dari separuh harga yang ditawarkan oleh penjual, dan turunkan harga
sebisa mungkin.
Karena tidak dikenai pajak, harga dapat turun drastis dibandingkan dengan harga
pasaran. “biasanya saya tawarkan harga tinggi dulu, baru saya turunkan
sedikit-sedikit sampai cocok sama pembeli,” terang Arif.
Jika
pembeli adalah orang-orang yang sudah biasa bertransaksi di Pasar Maling, maka
sangat susah ditipu pedagang karena mereka sudah memahamh aturan main di Roma.
“yang penting sama-sama untung lah Mbak,
kan jadi sama-sama enak,” tambah lelaki berambut gondrong tersebut.
postingan blog kelompok kalian kok kurang produktif ya??? Hanya berdasarkan pesanan doang.
BalasHapusInfo yg menarik buat saya mantap
BalasHapus