JEPARA, KOTA UKIR SEPANJANG MASA
JEPARA. Karya seni memang akan selalu menjadi daya tarik
tersendiri bagai seluruh lapisan masyarakat. Terlebih jika karya
seni tersebut sangat unik dan sudah menjadi citra suatu daerah. Ya,
sebut saja Kota Jepara. Kota yang dijuluki Kota Ukir ini menjadikan
kesenian sebagai salah satu penghasilan yang sangat menjanjikan. Wiji
(40), warga asli desa Mulyoharjo, jepara, ini misalnya. Ia menumpukan
hidupnya dengan cara menjual ukiran khas Jepara dengan patokan harga
yang bervariasi.
Meski hampir seluruh jalanan di desa Mulyoharjo ini
membuka bisnis ukiran, namun persaingan mereka tidaklah mematikan
usaha satu sama lain. Pasar yang ditujupun berbeda-beda. Bahkan
pemasaran ukiran jepara ini menembus pasar globlal. “kita bisa
ekspor sampai ke eropa”, ujarnya sambil mengukir sebuah patung.
Omset merekapun tidak main-main, bisa mencapai puluhan juta per-bulan
jika sedang ramai pesanan.
Kayu yang dijadikan bahan baku pun bermacam-macam. Dari
kayu Mahoni, Meh atau Trembesi,
sampai kayu jati yang diyakini memiliki kualitas terbaik. Meski
terkadang harga per-barang tidak murah, namun nilai-nilai kesenian
itulah yang menjadikannya sebagai benda istimewa yang patut dihargai
dengan nilai rupiah tinggi.
Produk pengrajinpun bervariasi. Dari mulai perabotan
rumah tangga seperti meja, kursi, almari, etalase, pajangan dinding
sampai patung-patung segala macam hewan. Dari benda-benda kecil
seperti asbak, tempat tissue sampai gebyok yang ukurannya mencapai 3
meter lebih. Semua adalah karya seni asli
masyarakat Jepara yang telah terkenal kerajinan kayunya sejak abad
18. “Reputasi kami telah mendunia jauh sebelum Indonesia merdeka”,
tambah Wiji bangga.
Ya, beberapa daerah lain memang punya seni kerajinan
ukiran. Namun Kota Jepara punya khas ukiran dan bahkan menjadi
trendsetter bagi pengrajin kayu daerah lain. Semua itu dapat terjaga
karena pengrajin di Jepara selalu mempertahankan kepercayaan
pelanggan dengan pelayanan memuaskan. Selain sebagai sebuah produk
budaya hasil karya masyarakat lokal, ia juga merupakan karya seni
yang bernilai estetik tinggi. Tak berlebihan jika Jepara mendapat
gelar sebagai The World Carving Center.
Baik Sekolah Ukir
di Pekeng, maupun PPKUFJ sama-sama menyelenggarakan pendidikan selama
setahun. Sembilan bulan teori dan praktik di kelas, dan tiga bulan on
the job training atau magang di perusahaan-perusahaan mebel.
Pendidikan difokuskan pada keterampilan praktis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar